Akhir pekan lalu, Sabtu (19/1), Himpunan Mahasiswa Diploma Kearsipan (HIMADIKA) Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada menggelar diskusi pekanan. Acara diselenggarakan bersama Komunitas Dibalik Bingkai. Diskusi yang berlangsung selama kurang lebih dua jam mengupas dinamika pengembangan ilmu kearsipan di Indonesia. Peserta yang terlibat tidak hanya berasal dari mahasiswa dan dosen, namun juga alumni sekaligus para praktisi bidang kearsipan. Diskusi juga dihadiri oleh mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Bandung, yang memiliki minat besar pada dokumen arsip. Rumah Baca Taryo menjadi lokasi diskusi. Rumah baca tersebut didedikasikan oleh Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K), salah satu guru besar sekaligus mantan Ketua Senat Akademik Universitas Gadjah Mada, sebagai sarana bagi masyarakat untuk berdialektika soal-soal kekinian dan pengembangan keilmuan.
Diskusi dipantik oleh kebutuhan percepatan kajian akademik mengenai kearsipan. Sadar jika selama ini kearsipan masih dikaji hanya terbatas pada aspek teknis, akademisi mulai bergerak pada ranah filosofi keilmuan. “Akar keilmuan kearsipan pada dasarnya adalah diplomatics, yaitu mengarah pada kegiatan autentifikasi. Bagaimana membedakan informasi hoax dengan informasi yang shahih. Keilmuan ini menjadi salah satu jawaban dalam meredam fenomena hoax yang terus membanjir”, ujar Titi Susanti, salah satu peserta diskusi sekaligus dosen Program Studi D3 Kearsipan, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. Diskusi filosofi keilmuan kearsipan juga diimbangi dengan sharing alumni terkait kondisi praktik kearsipan dalam realita kerja. “Ilmu kearsipan bermanfaat saat kita menemui kesulitan dalam pemilahan antara arsip dan non-arsip. Aspek aksiologi memang menjadi opsi terbaik saat melihat suatu dokumen dikategorikan arsip atau non-arsip”, sambung Musliichah, arsiparis Universitas Gadjah Mada.
Diskusi hangat juga diselingi dengan sharing alumni terkait problematika kearsipan pada tataran teknis. “Selain menjadi tahu terkait istilah keilmuan, kegiatan diskusi juga membuka peluang bagi mahasiswa untuk memahami kondisi nyata praktik kearsipan. Sangat membantu kami yang masih awam dengan praktik kearsipan di dunia kerja. Jadi ada gambaran tantangan kerja kami ke depannya”, ujar Dinda dan Inggar, peserta diskusi sekaligus mahasiswa D3 Program Studi Kearsipan Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.